“RAHASIA KESUKSESAN BUKAN MENGERJAKAN APA YANG DISENANGI TETAPI MENYENANGI APA YANG DIKERJAKAN”

Kamis, 19 Maret 2009

Kepemimpinan Lindas Budaya Di Era Global

(Oleh : SUBANDI)


I Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan selalu diidentikan dengan manajemen, padahal dari segi praktik itu berbeda. Manajemen menyangkut hal mengenai Planing Organizing Actuating dan Controling sedangkan kepemimpinan lebih kepada hal mengatasi perubahan. Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.Dalam praktiknya kepemimpinan menetapkan visi yang akan dicapai dan mengkomunikasikanya kepada kelompok agar dapat dilaksanakan.Manajemen sangat berperan dalam hal mewujudkan visi yang dibuat oleh pemimpin, oleh karena itu manajemen terbentuk untuk mengimplementasikan visi dan strategi yang telah dibuat serta mengawasi mengevaluasi pelaksanaan visi tersebut.

II Perilaku dan Gaya Kepemimpinan

Berbicara mengenai pemimpin tidak bisa lepas dari gaya dan perilaku yang muncul dari dalam diri seorang pemimpin, yang membedakanya dengan bukan pemimpin. Sudah sejak lama banyak pakar mencoba mengidentifikasi dua hal tersebut dengan berbagai pendekatan teori agar dapat menemukan perilaku perilaku dan gaya yang menunjukan seorang pemimpin sehingga dapat dijadikan pedoman untuk menentukan seseorang adalah pemimpin atau bukan. Berikut adalah beberapa teori pendekatan kepemimpinan yang mencoba mengidentifikasi dua hal diatas.

II.1 Teori Karakter

Teori kepemimpinan yang mencari karakter kepribadian social fisik atau intelektual yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.Teori ini banyak digunakan pada dasawarsa 1930 an bahkan sampai sekarang teori karakter masih diyakini oleh sebagian kalangan terutama media pers. Teori ini tidaklah mutlak artinya dalam pencarian karakter yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin bukan mencari karakter yang selalu ada dalam jiwa pemimpim karena itu sesuatu yang sia sia.Tetapi karakter disini diartikan karakter yang kecenderungannya menunjukan jiwa pemimpin sehingga memunculkan karisma dan membedakanya dengan orang bukan jiwa pemimpin.

Hasil pengidentifikasian karakter pemimpin, yang cenderung membedakanya dengan bukan pemimpin ada enam karakter yang berhasil diidentifikasi yakni, ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin, kejujuran integritas percaya diri, kecerdasan dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaanya. Disamping itu ada hasil penelitian baru mengatakan bahwa orang yang dapat mementau dirinya (dapat menyesuaikan diri dalam situasi yang berlainan) besar kemungkinanya menjadi sosok pemimpin disamping yang kurang bisa memantau dirinya

II.2 Teori Perilaku

Teori kepemimpinan yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Pada dasarnya teori ini mencoba mengungkap hubungan antara karakteristik pepimpin dan kefektifan kinerja kelompok yang dipimpinya.Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh perguruantinggi di Amerika dan oleh para peneliti dapat disimpulkan menurut teori ini ada dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu:

· Pemimpin yang berorientasi karyawan (people oriented) yang dideskripsikan sebagai pemimpin yang menekankan hubungan pribadi, mereka berminat secara pribadi tehadap kebutuhan bawahan mereka dan memberikan perhatian pada kinerja karyawan.Lebih jauhnya tipe pemimpin ini sangat menghargai eksperimentasi,inovasi dan kinerja karyawan.

· Pemimpin yang berorientasi produksi (task oriented) dideskripsikan sebagai pemimpin yang menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan yang merupakan tujuan akhir .Penyelesaian tugas oleh bawahan menjadi yang utama dengan sedikit perhatian pada karyawan.

II.3 Teori Kemungkinan

Adalah teori kepemimpinan yang memasukan factor situasi dalam konsepnya, jadi setiap perusahaan pasti mempunyai kebutuhan gaya kepemimpinan yang berbeda, gaya yang satu belum tentu cocok untuk yang lain.Beriut adalah teori –teori yang termasuk kedalamnya.

  1. Model Fiedler

Model fiedler menyatakan bahwa kelompok efektif bergantung pada padanan yang tepat antara gaya interaksi dari si pemimpin dengan bawahanya serta sampai tingkat sejauh mana situasi itu memberikan kendali dan pengaruh kepada si pemimpin.Urutan identifikasi teori ini tediri dari empat langkah yaitu tahap mengidentifikasi gaya kepemimpinan, mendefinisikan situasi kepemimpinan dalam situasi kerja, mencocokan antara gaya kepemimpinan dengan situsasi yang cocok, terakhir evaluasi.

  1. Teori Sumber Daya Kognitif

Adalah suatu teori kepemimpinan yang menyatakan seorang pemimpin memperoleh kinerja kelompok efektif dengan pertama tama membuat rencana keputusan dan strategi yang efektif dan kemudian mengkomunikasikanya lewat prilaku pengarah (direktif).Teori ini juga memasukan variable stress dan pengalaman sebagai salah satu penghambat dan pendukung dalam keefektifan kinerja kelompok.

  1. Teori Situasional Hersey dan Blanchard

Suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada kesiapan pengikut.Artinya gaya kepemimpinan disesuaikan dengan kesiapan bawahan.Jika belum matang maka perlu gaya partisipasi atau orientasi karyawan tetapi jika karyawan dianggap sudah matang maka sebaiknnya mengunakan gaya orientasi tugas.

II.4 Teori Jalur Tujuan

Teori ini mejelaskan bahwa prilaku seorang pemimpin dapat diterima dengan baik oleh bawahan sejauh mereka pandang sebagai suatu sumber dari atau kepuasan segera atau kepuasan masa depan.Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu luwes dapat menyesuaikan dengan setiap situasi yang berbeda.Pemimpin dapat memunculkan gaya direktif, partisipatif, supportif atau task oriented tergantung situasi karyawan.

II.5 Teori X dan Y

Teori X dan Y adalah salah satu teori motivasi yang diperkenalkan oleh Douglas MC Gregor untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang dipakai oleh seorang pemimpin dilihat dari pandanganya terhadap karyawan. Mc Gregor mencoba mengidentifikasi hal tersebut melalui perbedaan keyakinan pemimpin terhadap orang yang dipimpinya. Mc Gregor mengklasifikasikan keyakinan pemimpin ke dalam dua jenis, yaitu Teori X dan Teori Y. Perbedaan mendasar kedua teori tersebut dapat dilihat pada tebel berikut.

Teori X

Teori Y

Orang malas

Orang rajin

Orang tidak punya ambisi

Orang yang ambisius

Orang yang individualis

Orang yang tidak individualis

Orang yang menentang perubahan

Orang yang suka perubahan

Orang bodoh

Orang pintar

Sumber : Bisnis jilid 1, Grifin:290

Para pemimpin yang menganut teori X cenderung berpandangan bahwa bawahanya pada hakikatnya adalah orang yang tidak mau bekerja sama, dan oleh karena itu harus diberi hukuman agar menjadi produktif. Kecenderungan pemimpin ini memakai gaya task oriented dalam memimpin, dimana tugas menjadi hal utama tanpa banyak memperhatikan karyawan lebih jauh. Hukuman menjadi alat utama untuk memaksa bawahanya tetap bekerja dalam penyelesaian tugas. Tipe pemimpin seperti ini biasanya tingkat kepuasan yang dipimpinya akan rendah. Berbeda dengan pemimpin yang meyakini teori Y , mereka cenderung berpandangan bahwa pada hakikatnya orang orang yang dipimpinya itu energik, punya ambisi,suka perubahan dan mampu bekerja sama sehingga lebih produktif. Pemimpin seperti ini biasanya menerapakan gaya kepemimpinan people oriented dimana kepuasan bawahanya sangat lah diperhatikan, tidak hanya tugas yang menjadi hal utama. Pemimpin seperti ini percaya jika orang yang dipimpinya puas maka akan berbanding lurus dengan perbaikan produktifitas kerja.

III Pendekatan kontemporer Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional adalah salah satu pendekatan terbaru terhadap kepemimpinan. Kedua pandangan ini mencoba menyederhanakan kerumitan teoritis yang telah ada sehingga lebih mudah di bedakan dan dipahami.

”Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka ke arah tujuan yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas”(Stephen Robbins,62:1996). Secara eksplisit pemimpin ini termasuk pemimpin yang task oriented dimana penyelesaian tugas menjadi hal utama dengan petunjuk rinci yang wajib dijalankan oleh pengikutnya.

Pemimpi Tranformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan yang memiliki karisma. Pemimpin seperti ini mencurahkan perhatian pada kebutuhan pengikutnya, mereka mengubah kesadaran pengikut akan persoalan persoalandengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara cara baru dan mereka mampu membangkitkan serta mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra dalam mencapai tujuan kelompok (Stephen Robbin,62:1996).”

Pendekatan antara transaksional dan transformasional bukanlah pendekatan berlawanan dalam hal penyelesaian pekerjaan tetapi lebih kepada tingkatan pencapaian. Kepemimpinan transformasional dibangun di atas puncak kepemimpinan transaksional sehingga menghasilkan kinerja yang dicapai kepemimpinan transaksional.

Keunggulan transformasional dibanding transaksional bukanlah tanpa bukti. Beberapa studi diantaranya pernah dilakukan federal express, dimana para karyawan menilai bahwa atasanya cenderung meperlihatkan kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan ini dinilai karyawan memberikan kepuasan dan motivasi bekerja. Selain itu hasil penilaian penyelia federal express bahwa manajer tipe transformasional cenderung berprestasi tinggi dan lebih besar kemungkinan dipromosikanya. Ringkasny kepemimpina transformasional dikaitkan dengan tingkat kepuasan karyawan yang tinggi dan produktivitas yang tinggi.

IV. Efektifitas Gaya Kepemimpinan Lintas Budaya di Era Global

Kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting bahkan menentukan dalam pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi. Tanpa adanya kepemimpinan suatu organisasi bahkan negara sekalipun akan kacau karena, tidak adanya sosok yang mengarahkan dan mengatur orang orang untuk mencapai tujuan. Dalam lingkup organisasi bisnis sosok pemimpin benar benar memegang peranan penting dalam jajaran manajemen. Sebaik apapun sumberdaya yang dimiliki perusahaan, tanpa adanya pemimpin yang mampu mengelola, perusahaan tersebut akan kacau dan tidak terarah. Itulah mengapa sosok pemimpin ini sangat dicari oleh berbagai perusahaan bahkan perusahaan berani membayar mahal hanya untuk seorang pemimpin.

Gaya kepemimpinan tidak lah sama antar satu pemimpin dengan pemimpin lain. Setiap pemimpin mempunyai gaya tersendiri dalam memimpin. Perbedaan ini disebabkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal lebih kepada sifat dan perilaku dari pemimpin itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal banyak sekali, bisa karena bentuk perusahaan, karyawan, lingkungan sosial budaya dan lain lain. Berkaitan dengan efektivitas, setiap gaya kepemimpinan mempunyai lingkungannya tersendiri artinya gaya kepemimpinan itu akan berjalan efektif apabila situasi dan kondisi nya mendukung gaya kepemimpinan tersebut.

Namun, seiring dengan adanya arus globalisasi pola, kepemimpinan berubah drastis. Kepemimpinan tidak lagi kaku tetapi lebih dinamis dan cenderung situasional, jadi tidak boleh hanya memakai satu gaya kepemimpinan saja. Fenomena baru ini dapat terlihat dalam perusahaan perusahaan MNC yang mempunyai cabang di berbagai negara. Kita tahu efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi salah satunya oleh sosial budaya. MNC yang notabene mempunyai cabang di berbagai negara berbeda tentu harus menghadapi masalah keanekaragaman budaya dari para pekerjanya yang berasal dari kultur yang berbeda satu sama lain. Tentu dengan adanya perbedaan ini gaya kepemimpinan yang diterapkan pasti berbeda antar satu negara dengan negara lain.

Disinilah letak perubahan peran pemimpin diera global ini, pemimpin dituntut harus lebih fleksibel, dinamis dan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan nya dengan keanekaragaman budaya di berbagai tempat bahkan negara. Walaupun tidak dijelaskan secara detail dalam berbagai teori kepemimpinan, budaya menjadi salah satu faktor penting dalam hal efektifitas kepemimpinan. Budaya mempengaruhi gaya kepemimpinan melalui pengikut. Pemimpin tidak dapat memilih gaya kepemimpinan sesuka hati jika tidak mau gagal, mereka dikendalai kondisi budaya pengikut, yang menuntut suatu kepemimpinan yang cocok dengan budayanya Contohnya untuk negara negara timurtengah yang budayanya dipengaruhi Islam lebih cenderung cocok menggunakan gaya otokratis. Berbeda dengan negara jepang yang lebih partisipatif karena dipengaruhi budaya jepang yang pekerja keras dan sangat mengandalkan kerjasama. Untuk mengatasi hal itu tentu sosok pemimpin terutama pemimpin perusahaan perusahaan MNC haruslah tahu bagaimana kepemimpinan di negara negara lain dan budaya budaya organisasinya sehingga tidak akan terjadi shock culture ketika berinteraksi atau ditugaskan di perusahaan yang berada di negara yang baru.


Daftar Pustaka

  • Robbin,stephen.1996.Perilaku Organisasi. Jakarta
  • Griffin,Ricky. 2002. Bisnis Jilid 1. Jakarta : PT Prenhallindo
  • Stoner, James.1996. Manajemen.Jakarta : PT Prenhallindo
  • www.wikipedia.org

Tidak ada komentar: